Skip to main content

CERPEN SURAT DARI PARIS



 Surat dari Paris
Oleh: Rizki Aldea
Sudah tiga tahun aku meninggalkan negara dan kota kelahiranku, terutama berjauhan dari ibu bukanlah suatu hal yang kuinginkan. Hanya bisa mengadu rindu lewat sebuah jaringan sosial media, melalui videocall aku bisa melihat wajah ibu yang begitu cantik. Aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan Magister disalah satu universitas ternama di kota Prancis dengan jurusan Psikologi Sastra.
 “Bounzour,“
*
Setelah mata kuliah selesai, sedikit mencari suasana baru agar tidak bosan jika harus berkurung di kamar kulangkahkan kaki melalui Pele Lachaise Cemetery menuju sungai Conciergerie. Akan tetapi, lebih indah jika berjalan pada saat musim kemarau, sebab banyak pohon serta bunga yang indah dan burung-burung merpati, tetapi kali ini semua pohon dan bangunan tertutupi salju, hanya sedikit orang yang berlalu-lalang.  Kulihat ada lelaki yang sedang melemparkan sesuatu ke sungai Conciergerie, tetapi tidak terlalu kupedulikan hanya orang iseng pikirku, lalu dengan sigap kulangkahkan kaki agar cepat sampai ke apartementku, kulalui gang-gang kecil yang kutelusuri.
Setelah sampai di apartemenku, keluar dari kamar menuju balkon apartement dan kupandangi dengan teliti di setiap ujung bangunan yang tertutupi salju, tidak asing di pelupuk mataku tepatnya aliran sungai Conciergerie ada sebuah mainan kapal yang tersangkut, kulihat dengan jelas dan aku dengan cepat mengambil jacket untuk segera turun ke bawah dan mengambil kapal yang menarik perhatianku. Setelah kudapati mainan kapal tersebut isinya ada sebuah surat dengan tulisan berbahasa Indonesia Serial pertama aku mencintaimu melalui aliran sungai yang mempertemukan kita.” Kubawa ke kamar mainan kapal dan suratnya, yang membuatku semakin bingung apa maksud dari kata-kata di isi surat tersebut? Apakah ada mahasiswa atau orang lain dari Indonesia juga yang sedang melanjutkan studi di sini? Ntahlah aku juga bingung sehingga berkecambuk di fikiranku saat ini.
**
Pagi yang dingin membuatku sedikit malas, lalu terburu-buru untuk bangun pagi dan harus bergegas bangkit dari ranjang menuju kamar mandi, karena ada mata kuliah penting. Seperti biasa aku hanya berjalan kaki menuju kampus, melewati sungai yang biasanya kulewati. Kulihat dari jauh ada seorang lelaki yang telah duduk menyendiri sambil menikmati segelas teh. ujarku dalam hati.
Setelah perkuliahan selesai, aku mulai melangkah ke tempat yang lumayan indah di sini, di tempat lelaki yang duduk sebelumnya tadi, ku temukan kotak musik yang berisi surat. Sama seperti surat sebelumnya yang tertuliskanDua hari tanpamu, bagaikan sayap yang tertembak pemburu tidak sanggup jika kuterbang dengan satu sayap, dan serial kedua denganmu datanglah.”
Semenjak kejadian surat kedua ini aku semakin penasaran dengan lelaki tersebut seperti ada kaitannya dengan surat pertama, apakah yang menulis orang yang sama atau malah orang lain? Aku tidak mengerti dengan kejadian belakangan ini, mengapa bersamaan denganku? Apakah orang tersebut mengikutiku?
Esok hari pagi-pagi sekali kusempatkan untuk menunggu lelaki di sungai kemarin, niatku sudah bulat untuk menunggu lelaki tersebut. Berjalan kaki menuju sungai dan bangku tempatnya duduk kemarin, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada lelaki dengan segelas teh apalagi kotak musik. Kutunggu hingga aku bosan menunggu tetapi bisa kuhitung siapa saja yang tadinya lewat. Ternyata bangkitku dari bangku tersebut mendatangkan sebuah mainan kapal yang mengalir di sungai tepat dihadapanku dengan botol beserta suratnya. Kuraih dan kupecahkan botol tersebut agar aku bisa membaca suratnya.
Hari ketiga ini aku sangat merindukan mu bahkan rinduku mempertemukan cinta kita yang mengalir di aliran sungai Conciergerie.” Kucari orang tersebut, lalu tidak kudapati seperti yang kuinginkan.
Kuikutin aliran air sungai yang membawaku sampai kesebuah pohon tua yang batangnya terdapat surat-surat yang digantunginya. Kuraih surat yang dapat diraih, kubaca lalu berisiSerial cintaku aku masih menunggumu.” Kucoba untuk meraih surat yang sangat membuatku penasaran. Perlahan kuraih, tetapi aku memaksa untuk memanjatnya, malang batang yang kupijaki licin akibat salju dan akhirnya patah. Aku terjatuh dan kakiku terluka.
Ku perhatikan keempat surat ini, tidak mungkin yang menulis orang yang berbeda. Tulisan sama, dan jika ku urutkan keempat uratan surat tersebut memiliki sebuah arti yang sama dan berkaitan. Tetapi apa maksud dan tujuannya? Apa dia Cuma orang iseng dan mengapa dia tidak memberitahukan identitasnya langsung saja?”
*
Pagi-pagi sekali tanpa kupedulikan aku langsung pergi kembali menuju pohon tersebut. Aku tertatah berjalan dengan cepat agar bisa bertemu orang yang menulis surat tersebut. Ternyata surat yang sebulumnya susah kuraih sudah diturunkannya dan dengan sigap kubuka ternyata isinya hanya kata-kata Aku sangat Mencintaimu. “Hanya kata itu? ini sebuah lelucon!
Tidak akan ada surat yang akan kusimpan seperti surat-surat sebelumnya akan kubakar semua surat-surat tersebut, tangisanku pecah betapa bapernya aku menanggapi ini semua. Tiba-tiba seorang anak kecil berlari dan mengajakku untuk mengikutinya, hingga kutemukan sebuah mainan kapal dan botol seperti hari lalu di sungai yang sama, kuraih mainan kapal tersebut lalu kuberi dengan anak yang tadinya bersamaku, dan hanya botol beserta isinya saja yang kubawa. Kubuka perlahan lalu kubaca dengan nada kesalSerial Ketujuh dari cerita cintaku kem-ba-li-lah.”
**
Tidak terlalu aku pedulikan tentang surat-surat sebelumnya, hanya sebuah lelucon yang menghantarkanku ke dalam sebuah perasaan. Malam ini kuputuskan agar mencari suasana baru untuk melupakan semua tentang surat itu. Aku berniat akan makan di luar agar tidak terlalu penat akibat memikirkan surat-surat tersebut. Kulangkahkan kakiku menuju restaurant yang lumayan terkenal di Paris. Tetapi disetiap langkah ku, kudengarkan alunan lagu yang tak asing kudengar. Kucari dari mana suara itu berasal, tiba-tiba kudapati kotak musik seperti kemarin aku menemukannya di pinggir sungai. Kubuka dan kubaca isi suratnya yang tertuliskanTemui aku pukul 21:30 di atas Sungai Seine. Serial ke-delapan, kisah cintaku kamu dan kita.
 Membaca pesan tersebut jantung kuterasa seperti berhenti berdetak tidak tau apa yang harus kulakukan sekarang. Aku bimbang antara iya dan tidak untuk menemuinya. Tetapi di sisi lain rasa takutku mulai timbul apa ini sebuah lelucon?
Kulirik arlojiku, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tersisa waktu setengah jam lagi. Tanpa berpikir panjang kudatangi supir taksi yang sejak tadi kuperhatikan dia sibuk memainkan ponselnya. Lalu aku memintanya untuk mengantarkanku menuju Sungai Seine.
Kucari-cari lelaki tersebut tetapi tidak kudapati. Rasa kesalku mulai menghujat perasaanku. Aku mulai menangis di tepian tangga Sungai Seine. Betapa bodohnya aku sebagai perempuan yang selalu saja menyangkut pautkan perasaan untuk hal yang tidak penting seperti ini. Tangisanku pecah seketika tiba-tiba tanpa kusadari seorang lelaki menyentuh pundakku.
“Sedang apa malam malam begini sendirian?” ujarnya pelan tanpa kutoleh.
“Bukan urusanmu.” Jawabku datar.
 “Apa kau orangnya?” tanyanya dan menyentuh pergelangan tanganku.
Don’t Touch me!!” tiba-tiba saja tanganku menyambar ke wajahnya.
"Airin.” Jawabnya setelah dia melihat wajahku.
Astaga aku sangat terkejut setelah kulihat bahwa lelaki yang di depanku adalah rizky, temanku semasa SMP dulu. Apa maksudnya dengan ini semua apakah ini hanya kebetulan. Akupun tidak mengerti. Seketika fikiranku hilang untuk kembali memikirkan isi surat yang berada dalam tas kecilku. Suasana yang tadinya amat membuatku takut kini telah berubah menjadi biasa saja. Akupun tidak kembali sibuk dengan kesedihanku mengenai isi surat tersebut.
Dia adalah kapten basket yang paling banyak digemari murid-murid disekolahku dulu. Selain dia kapten basket dia juga merupakan ketua osis yang sangat cerdas. Mampu membawa piala-piala kejuaraan disetiap ajang perlombaan di daerahku dahulu. Aku dahulu sempat menaruh hati kepadanya. Tetapi niatku kuasingkan dari fikiranku, aku rasa ini adalah cinta monyet sehingga seiring berjalannya waktu setelah kami lulus dari SMP tersebut dan kami kehilangan kontak untuk sekadar berkomunikasi. Seingatku dia pindah ke pulau Jawa untuk melanjutkan SMA di sana. Sedangkan aku masih tetap berada di daerah asalku sendiri.
Kurang lebih 9 tahun kami tidak jumpa setelah reuni akhir pada kelas 2 SMA kemarin. Wajahnya masih tetap sama terlihat tampan seperti dahulu. Sikap yang dingin membuatnya terlihat begitu menawan. Sama seperti aku yang juga tidak banyak omongan ketika berhadapan dengan orang yang belum kukenal dekat.
“Apa kabar rin? Kamu masih tetap cantik seperti dulu. Hehe eh ngomong-ngomong Kamu kenapa kok nangis di pinggir sungai malam-malam begini? Tanyanya panjang lebar tak membiarkanku menjawab satu persatu pertanyaannya.
“Aku pernah lebih baik dari hari ini ky.” Lalu aku memperlihatkan sebuah kotak yang berisi surat-surat kepada rizky.
“Lah, Airin, ternyata kamu...”
“Maksudnya aku? Ada apa ini ky? Tanyaku bingung kepadanya.
Lalu Rizky memanggil seorang pelayan untuk membawa sebuah kotak musik mili  rizky dan memberikannya kepadaku. Lalu aku membukanya dengan rasa penuh penasaran. Kudapati sebuah cincin dan sebuah surat yang tertuliskan Will You Marry Me..?
“Apa maksudnya ini ky?” tanyaku tidak paham dengan rasa bahagia yang berkecambuk di hatiku.
 “Nanti akan kuberitahu setelah kita kembali ke Indonesia.” Lalu dia memeluk tubuhku dengan erat.
Meskipun ada banyak pertanyaan yang timbul setelah berjumpanya aku dengan Rizky dan juga mengenai surat-surat yang kubawa malam ini, tetapi malam ini sungguh malam akhir dari jawaban semua pertanyaanku. Mengapa tuhan memberikan teka-teki bersamaku lewat mimpi-mimpi yang sempat kutulis didiaryku. Suasana sungai Seine tidak sesendu hati dan perasaanku yang tersangkut di sampan-sampan botol cinta milik Rizky kemarin. Aliran sungai Conciergerie mempertemukan cinta lamaku di atas surat yang tertulis dari kota Paris. Suasana sungai menjadi suasana hening yang berayun mengikuti mata angin dan perasaanku.

Penulis adalah pemilik akun instagram @rzkaldea penyuka kopi dan puisi serta pemimpi paling romantis. Saat ini aktif sebagai Mahasiswi semester III jurusan Basastrasia FKIP UMSU. Salah satu mimpinya adalah berkeliling dunia dengan kamu. Iya kamu para pembaca.

Comments

Popular posts from this blog

CERPEN AKU BENCI HUJAN SORE ITU

AKU BENCI HUJAN SORE ITU Cerpen Rizki Alde a Hujan tak selamanya pantas dinikmati. Mungkin jutaan orang selalu ceria menikmati tetes demi tetes air dari langit, tapi aku adalah pembenci hujan. Karunia Tuhan itu adalah ketakutan meski ia selalu datang. Sore ini hujan , dan bersama dengan segelas kopi di depan jendela ruang tamu. Kuharap sore ini tidak seperti yang lalu . Aku menelanjangi ruangan yang penuh warna hijau . Aku teringat , hijau adalah warna kesukaanku dan Bima. Arlojiku menunjukkan pukul 07.30 wib, tapi Bima tak juga kunjung menjemput. Aku tak mau berdiri di barisan ‘Para Tukang Terlambat’ hanya gara-gara telat ke sekolah. Kekesalanku belum selesai meski Bima sudah muncul di depan rumah dan membunyikan klakson sepedamotor. Bima memacu sepedamotornya dengan kencang. Hanya dalam waktu sepuluh menit, jarak 3 km ke sekolah mampu ditembus. Ia mengenderai seperti orang gila. Sampai di sekolah aku hanya diam dan langsung mengambil barisan paling depan ka

Cerpen Perempuan dan Lelaki Selempang Emas

Cerpen: Rizki Aldea Arloji mengingatkan bahwa 5 menit lagi waktu yang tersisa untukku agar lekas sampai di tempat karantina. Aku sudah menyiapkannya dari setahun yang lalu saat aku benar-benar ingin mengulang kesalahan silam yang pernah kubuat ketika di sana. Masih saja aku penasaran apa yang menjadi acuan untuk gelar itu. Aku sampai tepat waktu setelah melewati macat yang panjang, satu jam lebih berada dalam mobil yang kutumpangi. Tidak sia-sia membayar mahal akhirnya tidak telat. Ujarku dalam hati. “Ayo dek lekas, kamu telat ya?” Katanya padaku, salah satu senior yang paling di segani. “Udah jangan jadi masalah cepat regestrasi dan ambil nomor kamu di sana.” Setibanya laki-laki yang baik hati membelaku dengan belas kasihan. Aku duduk dalam urutan paling depan, masih sama seperti setahun silam tepatnya bangku dan nomor yang sama menjadi saksi bahwa sampai saat ini aku masih mencintainya. Bukan siapa-siapa hanya orang yang tidak kukenal mengendap sampai sekarang di dalam kepalaku. **

PUISI 15 OKTOBER 2017

Seperangkat duka Rizki Aldea ( Permadiksi/ Fkip Umsu) Kau seharusnya sesak dalam bak mandi yang menyesak Menepikan basah dipercikan luka Akibat sabun yang menyayat hatimu Seharusnya kau keluar bodoh Untuk memberitahu kepada luka bahwa kau telah habis kumandikan dengan dosa Kita; Kata Rizki Aldea (permadiksi/ fkip umsu) Kita yang hanyut terbawa duka kepedihan Mulai berlabuhlah di semak semak belukar cinta Kita yang tenggelam dalam sesak tangis yang terisak Membawa bencana jauh setelah prosa di kumandangkan Kita adalah cinta yang menyisihkan luka disetiap kata Kita adalah pena jauh kekar dan keras dari yang kita aminkan Lelaki dan Sepatu Rizki Aldea (Permadiksi/FKIP UMSU) Dari balik jendela pudar yang kabur Diantara batuk dan hujan yang tak reda sejak pagi Aku mencintaimu masih seperti sepatu Yang tetap jalan meski selalu kejar kejaran Yang sama sama memudar meski menginjak becek yang mengkekar Yang sama sama berjalan meski berputar-