Skip to main content

CERPEN LANGIT HITAM



LANGIT HITAM
Cerpen: Rizki Aldea
Siang yang sepi, tidak seperti siang-siang biasanya. Kemarin masih banyak orang yang berlalu-lalang melewati jalan ini, tetapi semenjak kejadian buruk tersebut jalan itu menjadi sunyi. Bahkan tidak ada gadis-gadis yang berseragam sekolah yang menjadikan jalan itu sebagai jalan alternatif untukkembali ke rumahnya masing-masing.
“Aku pergi dulu ya Bu Assalamuallaikum.
“Waallaikumsallam hati-hati ya nak jangan pulang telat.
“Baik bu.”
            Seperti biasanya, rutinitas setelah sarapan pagi meminta doa restu kepada ibu agar diberi allah kemudahan untuknya menerima pelajaran di sekolah. Karna hanya tinggal Ibu yang ia punya, itulah alasan paling utama mengapa ia sangat menyayangi Ibunya.
Ratih Aqila, yang biasa dipanggil Qila murid paling cerdas dan aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan di sekolah. Terbilang gadis yang paling enggan untuk mengenal cinta, bahkan dia sama sekali tidak tertarik pada pemuda mana pun yang mencoba untuk datang dan meminta hatinya. Karna alasan tak ingin mengenal cinta di awal , memotivasinya agar tetap tidak menerima mereka, tetapi pemuda itu datang dan mulai merubah segalanya.
            Parasnya yang cantik tinggi badan sekitar 161 cm, berat badan nya terbilang 52 kg. yang menambahnya semakin ideal berkulit putih blasteran thionghoa berhidung mancung dan selalu mengurai rambut dengan menambahkan pita pink diatas kuping kanan . Giginya seperti vampire tetapi yang membuatnya tambah manis dengan gigi depan seperti gigi kelinci apa lagi dengan lesung pipit di bawah tulang pipi kanan dan kirinya.
“Qila kamu ada acara tidak? Aku ingin mengajakmu untuk makan malam bersama.
“Maaf yah, kayaknya aku engga bisa deh.
“Kenapa? Kamu ada acara dengan orang lainya?”
“Tidak. Aku tidak mau meninggalkan Ibuku sendiri dirumah. Maaf sekali Oji.
“Baik kalau begitu tidak apa . Next time juga bisa.
“Oke baik. Aku pulang dulu ya.
“Eh bagaimana kalau aku antar?“
“Emang engga ngerepotin kamu?“
“Engga kok hehe“
            Oji terbilang pemuda yang baik, selain dia ketua osis dia juga kapten basket di sekolah. Lantas siapa yang tidak mau jika harus diantar pulang dengan Oji? Tetapi Oji hanya memfokuskan kepada Qila karena sudah dari dahulu dia sangat menyukai Qila . Kelihatan cocok sekali karena Oji begitu tampan dan Oji juga aktif dalam setiap aktifitas di sekolah, sangat pantas jika Oji mendapatkan Qila.
“Oji kamu hari ini sibuk ga?”
“Aku kayaknya ada latihan basket hari ini. kenapa sayang?” jawabnya.
“Hem yaudadeh aku nunggu kamu latihan aja, soalnya aku tadi mau ngajak makan bareng tapi kamu kan ada jam latihan.”
“Apa kamu tidak bosan menungguku?”
“Tidak lah. Akukan selalu menunggu kamu. Kapan pun itu hehe.
Dan hari-hari bahagia pun telah terlewatkan bersama Qila yang juga mulai memberi sinyal Hijau kepada Oji. Qila dan Oji sudah sangat dekat dan mereka menjadi tranding topik di sekolah. lantas banyak yang iri dengan kedekatan mereka. Kenyataan berbeda Qila dan Oji tidak sedang menjalanin hubungan spesial. hanya sebatas teman karna mereka masih ingin sukses bersama sama. lantas saling menjadi penyemangat satu sama lain.
            Perkataan-perkataan romantis dan kekhawatiran saling mereka utarakan bahkan Oji sangat takut jika hal buruk menimpah pujaan hatinya. Oji sangat menyayangi Qila begitu sebaliknya. saling memberikan yang terbaik agar pelajaran-pelajaran di sekolah semakin meningkat.
“Apa kamu mencintaiku Ji?”
“Mengapa kamu ngomong begitu keaku? Yajelas aku sangat mencintaim.  kamu tidak melihat perjuangan ku menunggumu selama 3 tahun di sekolah ini?”
“Apa yang membuatmu untuk memperjuangkan ku selama ini?” tanyanya.
“Cuekmu. Kamu terkenal julukan si cewe berdarah dingin? Bahkan semua yang mendekatimu kamu acuhkan?”
“Ah kamu yang bener saja? Sini biar aku gigit yang ngejuluki aku dengan sebutan itu.
“Nah gigitlah aku.
“Kamu jahat banget sih.
“Memang faktanya. Bahkan tidak ada satu orang pun yang berhasil meluluhkan hatimu selain aku. Jujur saja.
“Iyadeh kamu menang, jawabnya singkat “Oji. apakah jika hal buruk menimpahku kamu masih tetap mencintaiku?” sambungnya.
“Tidak akan kubiarkan hal buruk menimpahmu. Percayalah.” lalu oji menggenggam kedua tangan qila dengan  penuh keyakinan bahwa oji akan selalu melindunginya , bagaimanapun itu.
**
Saat demam Dunia maya menjelma dikehidupan kalangan remaja, salah satunya Qila lah yang menjadi lupa pada semuanya . Lupa belajar lupa organisasi dan lupa kepada dirinya sendiri. Tidak tahu percis apa yang telah membuat Qila berubah, sehingga membuat oji semakin takut dan semakin sedih dengan sikap Qila yang belakangan hari semakin memburuk. Bahkan Qila juga sering membolos dari rapat organisasi
“Bu Qila mau pergi dengan Oji ke perpustakaan.
“Oji kok tidak menjemput la?”
“Iya motor Oji sedang dalam perbaikan bu jadi Oji menunggu disana.
“Kalau begitu kamu hati hatiya saying.
“Baik bu assalamuallaikum.
             
            Sudah larut malam bahkan bulan tlah pulas dalam dekapan sepoi-sepoi angin malam, Qila tak kunjung pulang ibunya sangat mengkhawatirkan dia bahkan sudah berulang kali ibunya menelvon tak ada jawaban. Kecemasan Oji pun tak terbendung lagi dia berusaha agar bertanya kesemua teman Qila, mengapa Qila belum pulang juga. Padahal jam sudah menunjukan pukul 22:00.
Mencari Qila dengan mengendarai mobil milik ayah Oji melewati taman yang tempo hari mereka jadikan tempat mengabadian cinta mereka. Oji mencoba untuk menelvon Qila namun tersambung tetapi tak kunjung ada yang mengangkat. Tetapi tiba di Bawah pohon dan Oji mendengarkan salah satu nada panggilan di balik semak-semak. Oji menemukan Qila dengan keadaan pingsan yang menyedihkan. betapa sedihnya hati Oji melihat gadis yang sangat dicintainya itu terkapar melemah.
***
            Jeritan Aqila mengguncang seisi rumah sakit . Tidak ada sapaan untuk pujaan hatinya apalagi senyuman manis yang memperlihatkan  gigi dan lesung pipi nya. Siapa saja dia tak kenal, apalagi suster-suster yang datang memberi makan dan memberi obat tidak dia pedulikan. Malang nasib Qila di perkosa dengan teman yang dia kenal melalui salah satu akun dunia mayanya.
“Bagaimana keadaannya Qila suster? Apakah dia sudah makan?”
“Dari semalam dia tidak mau makan, Obat obatnya habis dia buang“  jawab suster yang bertugas untuk menjaga ruangan Qila.
Bahkan sudah 4 tahun ini gigi kelinci Oji tidak kunjung sembuh. Kejadian itu tidak seharusnya menyapa Qila. dengan perubahan sikap yang membuat Oji dan Ibu curiga seharusnya Oji sudah lebih sigap menjaga pujaan hatinya. Bukankah dia tidak menginginkan hal buruk menimpah Qila?
“Hai gigi kelinciku apa kabarmu? Bagaimana apa kamu masih mengingatku?”
“Pergi! Jangan pernah masuk lewat jendela itu! Pergi!“
            Disandarkaan nya kepala nya disamping bahu Qila yang sedang tidur pulas tetesan-tetesan air yang keluar dari sudut mata jatuh membasahi piyama rumah sakit Qila.  Tidak ada lagi Gigi Kelinci, bawel kuadrat apalagi candaan di sisi gang-gang sekolah.  Perlahan bibirnya berucap kata sayang dan kata rindu serta kata kata yang dahulu pernah mereka lontarkan untuk saling bergombal.
“Gigi Kelinciku, lihatlah aku telah berhasil untuk mendapatkan toga yang menjadi impian kita. Di Universitas yang dulu kita ingin kan, ayo lekas sembuh lah,  kemari cubit aku pukul aku jewer aku seperti saat-saat kita di atap sekolah, aku bawakan ice cream walls kesukaan mu gigi kelinciku. aku membawakan dua khusus untuk mu. Aku ingin menjagamu aku tak ingin kau terluka. Gigi kelinciku aku mencintaimu, aku mencintai keadaanmu, aku mencintaimu semalam, hari ini, besok, dan selamanya.
(Penulis adalah mahasiswi semester III Pend Bahasa dan Sastra Indonesia, penyuka segala cuaca, terserah bagaimana kamu, akupun begitu.)

Comments

Popular posts from this blog

Cerpen Juli dan Lelaki di Tepi Paropo

Oleh: Rizki Aldea Langit pukul lima sore masih saja merekah orange memeluk tangis yang kutumpahkan dari balik kelopak mataku akibat tidak mendapat izin dari orangtua. Masih saja Ayah Ibu menganggapku putri kecilnya seperti 14 tahun silam. Aku kembali menyekat sisa-sisa air mata yang basah di pipi sambil mengambil ponsel yang dari tadi bergetar di atas meja belajarku. “Hallo Gur, ada apa?” tanyaku menggangkat panggilan masuk dari salah satu teman SMA ku. “Kau jadi ikut? Kalau jadi sama bang Rehan.” Katanya memburu-buru. “Maaf Gur aku gak bisa.” Kataku dan perlahan air mataku jatuh. “Lah iyanya? Yauda tungguya.” Tibatiba panggilannya terputus. *** Kulirik arlojiku waktu masih menunjukkan pukul setengah Dua Belas. Hujan dan kabut tebal masih menjadi penghalang kami untuk sampai tepat waktu di festival 1000 tenda Paropo, Tao Toba Silalahi. “Untung aku yang ngizinin kau kan mengkanya mamak kau bolehin kau pigi, mengkanya kau berterimakasih samaku.” Kata guruh sahabatku sambil mengacak r...

Ramadhan dan Lelaki Pilihan Ibu

Cerpen: Rizki Aldea Kumandang lafaz Allah sudah terdengar merdu di telinga, hari-hari penuh ibadah ini sangat dinanti-nanti oleh semua orang yang sangat merindukannya. Alhamdullillah masih berjumpa dengan bulan ini. Masih diberi umur panjang oleh-Nya. Berkat doa-doa tahun lalu agar tetap diberi kesehatan dan kesempatan untuk berjumpa lagi. “Mari Sa, sudah mau adzan isya.” Ibu memanggilku dari depan rumah. “Iyabu sebentar masih cari mukenah baru.” Jawabku dari dalam kamar. “Yaampun kamu ini masih saja seperti anak baru besar yang apa-apa harus baru. Pake yang lama saja sudah. Nanti kita tidak dapat tempat di dalam.” Pinta Ibuku yang membuka kain penutup pintu kamarku. Kami bergegas untuk menuju mesjid yang lumayan jauh dari rumahku jika ditempuh berjalan kaki. Sepanjang jalan Ibu mengomel karena aku lama sehingga sudah adzan kamipun belum sampai mesjid untuk mengisi shaf pertama. “Kamu sih lama, lihatkan itu mesjid sudah penuh.” Ujar Ibuku melihat teras mesjid sudah dipenuhi jamaah sho...

Cerpen Perempuan dan Lelaki Selempang Emas

Cerpen: Rizki Aldea Arloji mengingatkan bahwa 5 menit lagi waktu yang tersisa untukku agar lekas sampai di tempat karantina. Aku sudah menyiapkannya dari setahun yang lalu saat aku benar-benar ingin mengulang kesalahan silam yang pernah kubuat ketika di sana. Masih saja aku penasaran apa yang menjadi acuan untuk gelar itu. Aku sampai tepat waktu setelah melewati macat yang panjang, satu jam lebih berada dalam mobil yang kutumpangi. Tidak sia-sia membayar mahal akhirnya tidak telat. Ujarku dalam hati. “Ayo dek lekas, kamu telat ya?” Katanya padaku, salah satu senior yang paling di segani. “Udah jangan jadi masalah cepat regestrasi dan ambil nomor kamu di sana.” Setibanya laki-laki yang baik hati membelaku dengan belas kasihan. Aku duduk dalam urutan paling depan, masih sama seperti setahun silam tepatnya bangku dan nomor yang sama menjadi saksi bahwa sampai saat ini aku masih mencintainya. Bukan siapa-siapa hanya orang yang tidak kukenal mengendap sampai sekarang di dalam kepalaku. **...