Cerpen: Rizki Aldea Hujan tetap bersedia kala turun membasahi tanah yang kami pijaki di desa suka ramai ini, beberapa orang berlalu-lalang sibuk mencari kehangatan yang mulai mati di sela-sela jemari. Seperti biasa satu dua orang menyeruput rokok untuk sekadar membuatnya hangat dari udara pegunungan di sini. Ternyata benar, beberapa bulan lalu Uje bilang kepadaku, bahwa aku akan merindukan rasa panas. Entah itu kehangatan dari sebuah udara ataupun panas dari sebuah minuman atau makanan. Aku harus mensinkronkan perasaanku terhadap cuaca dingin dan cuaca panas. Dan inilah jawabannya, aku sangat merindukan udara dan rasa panas ketika berada di puncak Siosar ini. Betapa beku mulai menjalar dari ujung kaki hingga ubun-ubun kepala. “Ini minum biar kau gak kedinginan, bibirmu pucat kita sudah seperti di Eropa saja.” Ujar Gopi memecahkan lamunanku. “Makasih Gop.” Aku langsung menyeruput kopi kesukaanku yang baru saja dibawakan gopi salah satu teman sekaligus tim relawan di sini. Lelaki itu m
Teacher, Writter, Mount, and World