Skip to main content

Posts

Showing posts from October 22, 2017

CERPEN MEDAN POS 10 September 2017

SURAT TERAKHIR UNTUK RADO Oleh: Rizki Aldea Di sekat-sekat jendela kutemui beberapa sajak yang bergelantungan di sisi-sisi gorden merah. Kurasa itu cinta yang coba bersemayam menjadi luka . Ini suratku yang kesekian kalinya, kurangkai dengan sepenuh hati, untuk menyadarkan mu bahwa segala sesuatu yang terburu-buru itu tidak akan berakhir baik. Padahal baru kemarin canda tawa kita goreskan cerita , tentang kita berdua yang mencoba tetap bahagia meskipun segala kekurangan kita rasakan nyata. Kemarin ku lihat di mading kampus , fotomu terpampang gagah, kau telah menjuarai lomba puisi cinta. Aku masih ingat dan hapal isi puisinya. Kemarin Ibuku juga bertanya tentang diri mu, mengapa kau lama tak main kerumah, aku hanya menjawab “ Dia sibuk dengan skripsinya Ma,” . Aku lupa bercerita semalam aku juga baru selesai membaca buku yang kau belikan. Maaf aku lama menyelesaikannya. Hari-hariku sibuk untuk memikirkanmu dan merangkaimu lewat puisi-puisiku. Kau masih

Cahaya di Langit Senja

Cahaya di Langit Senja Oleh: Rizki Aldea Rembulan yang selalu berdiri di punggung langit-langit, setiap malam menjelma layaknya berbahagia, mengingatkannya pada sebuah kalimat menunggu. Tidak tahu bagaimana posisi pentingnya gadis itu bagi dirinya, yang pasti di setiap malam-malam indah hanya menunggu sebuah kalimat lekas kembali Banyak yang mencoba untuk datang mendekat tetapi dia tetap berdiri menunggu gadis tersebut di teduhan langit hanya karena sebuah janji yang tidak boleh diingkari. Meski dia tahu janji itu hanyalah sebuah kata untuk penenang hati. ** Awalnya dari permintaan pertemanan yang membuatku menjadi orang yang sangat bodoh karena aku salah dan tidak seharusnya aku menerima orang yang tidak kukenal. Berawal dari sebuah status yang mempromosikan akun milikku. Dengan memposting kata-kata, anaknya baik cantik bisa main gitar dan juga lagi single . Bagi yang merasa cocok ayo silakan ditambahkan sebagai teman. “Hai boleh kenalan?” “Boleh. Ada apa ya?”