kadang aku berfikir kapan aku harus diam dalam mencintai seseorang yg sudah menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak mencintaiku:') ntah aku yg salah ntah dia tetapi yg pastinya dia dulu pernah membiarkan aku untuk mencintainya dengan sepenuhnya ssampai sampai aku lupa bahwa org lain dapat menggantikan posisiku saat ini:') waktu biarkan lah kisah kami berjalan pada ketetapan yg tuhan berikan:') jangan cepatkan kau berputar agar aku tetap merasakan kenyamanan yg berstatus teman ini:') aku harus diam dan aku harus bisa sadar bahwa hanya kaulah (waktu) yg dapat menjawab aku dan dia akan menjadi apa:") afl~
Oleh: Rizki Aldea Langit pukul lima sore masih saja merekah orange memeluk tangis yang kutumpahkan dari balik kelopak mataku akibat tidak mendapat izin dari orangtua. Masih saja Ayah Ibu menganggapku putri kecilnya seperti 14 tahun silam. Aku kembali menyekat sisa-sisa air mata yang basah di pipi sambil mengambil ponsel yang dari tadi bergetar di atas meja belajarku. “Hallo Gur, ada apa?” tanyaku menggangkat panggilan masuk dari salah satu teman SMA ku. “Kau jadi ikut? Kalau jadi sama bang Rehan.” Katanya memburu-buru. “Maaf Gur aku gak bisa.” Kataku dan perlahan air mataku jatuh. “Lah iyanya? Yauda tungguya.” Tibatiba panggilannya terputus. *** Kulirik arlojiku waktu masih menunjukkan pukul setengah Dua Belas. Hujan dan kabut tebal masih menjadi penghalang kami untuk sampai tepat waktu di festival 1000 tenda Paropo, Tao Toba Silalahi. “Untung aku yang ngizinin kau kan mengkanya mamak kau bolehin kau pigi, mengkanya kau berterimakasih samaku.” Kata guruh sahabatku sambil mengacak r...
Comments