SURAT TERAKHIR UNTUK RADO Oleh: Rizki Aldea Di sekat-sekat jendela kutemui beberapa sajak yang bergelantungan di sisi-sisi gorden merah. Kurasa itu cinta yang coba bersemayam menjadi luka . Ini suratku yang kesekian kalinya, kurangkai dengan sepenuh hati, untuk menyadarkan mu bahwa segala sesuatu yang terburu-buru itu tidak akan berakhir baik. Padahal baru kemarin canda tawa kita goreskan cerita , tentang kita berdua yang mencoba tetap bahagia meskipun segala kekurangan kita rasakan nyata. Kemarin ku lihat di mading kampus , fotomu terpampang gagah, kau telah menjuarai lomba puisi cinta. Aku masih ingat dan hapal isi puisinya. Kemarin Ibuku juga bertanya tentang diri mu, mengapa kau lama tak main kerumah, aku hanya menjawab “ Dia sibuk dengan skripsinya Ma,” . Aku lupa bercerita semalam aku juga baru selesai membaca buku yang kau belikan. Maaf aku lama menyelesaikannya. Hari-hariku sibuk untuk memikirkanmu dan merangkaimu lewat puisi-puisiku. Kau masih
Teacher, Writter, Mount, and World